Senin, 05 Mei 2014 0 komentar

PHYLUM MOLLUSCA


A. Pengertian 

Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang artinya lunak. Jadi Filum Mollusca adalah kelompok hewan invretebrata yang memiliki tubuh lunak. Tubuh lunaknya itu dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Mollusca yang sudah tidak asing lagi bagi kita adalah siput. Siput merupakan salah satu Mollusca yang teramsuk ke dalam kelas gastropoda. yaitu berjalan dengan menggunakan perutnya. Mollusca muncul sejak zaman Kambrium hingga sekarang. Saat ini diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis dalam bentuk fosil. 


B. Ciri – ciri Mollusca
  1. Mollusca simetri tubuh bilateral. 
  2. Mollusca memiliki tiga bagian tubuh yang utama, yaitu kaki yang berfungsi sebagai alat gerak; massa visera; tempat terdapatnya organ dalam; dan mantel, yang membentuk rongga berisi cairan tempat lubang insang dan anus. 
  3. Mollusca yang hidup di perairan bernapas menggunakan insang, sedangkan yang hidup di daratan menggunakan rongga mantel berpembuluh darah sebagai pengganti paru-paru. 
  4. Mollusca merupakan hewan heterotrof. Hewan ini memakan hewan kecil lainnya, seperti ganggang, udang, dan Mollusca lainnya. 
  5. Mollusca makan dengan menggunakan struktur seperti lidah yang memiliki gigi untuk menggerus makanannya. Lidah bergigi ini disebut radula. 
  6. Mollusca dapat ditemukan secara luas di laut, air tawar, dan daratan. Akan tetapi, Mollusca paling banyak terdapat di laut. Mollusca merupakan hewan triploblastik selomata.
  7.  Reproduksi Mollusca terjadi secara seksual dengan cara fertilisasi internal. 
  8. Mollusca ada yang berumah satu, yaitu jantan dan betina dalam satu individu. Akan tetapi, ada pula yang berumah dua, yaitu jantan dan betina terpisah. 
  9. Selain bertubuh lunak, hewan ini ditandai dengan tubuh yang simetri bilateral dan tubuh yang tidak beruas-ruas. 
  10. Pada umumnya, tubuh Mollusca juga ditutupi oleh cangkang yang terbuat dari zat kapur (kalsium karbonat), berfungsi melindungi organ-organ dalam.

C. Klasifikasi Phylum Mollusca

  1. Kelas Amphyneura
  2. Kelas Scaphopoda
  3. Kelas Pelecypoda
  4. Kelas Gastropoda
  5. Kelas Chepalopoda


Kelas Amphyneura

Fosil jarang terdapat ( umur: Kambrium – sekarang).Anggota-anggota kelas ini secara jelas adalah hewan-hewan bilateral simentris kaki terletak ventral memanjang. Ruang mantel mengandung banyak insang disebelah lateralnya, permukaan dorsal tertutup dengan spikula-spikula berlendir atau yang lebih tipikal. Semua Amphineura hidup di laut bersifat diesius atau hermaprodit. 

Contoh spesiesnya Chiton (Cryptochiton sp.) adalah hewan laut dengan bentuk oval dan cangkang yang terbagi menjadi delapan lempengan dorsal (namun demikian, tubuhnya sendiri tidak bersegmen). Biasanya chiton ini yang melekat ke batuan di sepanjang pantai pada saat pasang surut. chiton dengan kakinya, yang bertindak sebagai mangkuk penyedot, begitu kuat dan hebat menjerat batuan. Menggunakan kaki berotot tersebut, chiton dapat merangkak secara perlahan-lahan di atas permukaan batuan. Chiton menggunakan radulanya untuk memotong dan menelan alga. 

Saluran Pencernaan makanan: terdiri atas mulut yang dilengapi dengan lidh parut, yaitu lidah dengan gigi tersusun dari zat kitin. Lidah ini disebut radula. Dari mulut, saluran pencernaan masuk ke lambung(ventrikulus), usus(intestium), dan anus. Sistem peredaran darah: dipompa menuju insang melalui aorta dan sinus. Hewan ini memiliki dua ginjal untuk membuang zat sisa. Hewan ini berkembangbiak dengan cara fertilisasi secara eksternal. Larva trokofor.

Kelas Scaphopoda
Hewan ini hanya mempunyai anggota kira-kira dua ratus spesies. Scaphopoda hidup di laut pada pantai-pantai yang berlumpur. Cangkoknya berbentuk taring atau terompet dengan kedua ujung yang terbuka. Jika kita berkaryawisata ke pantai, kita sering menemukan cangkoknya. Panjang tubuhnya sekitar 2,5 – 5 cm. Dekat mulut terdapat tentakel kontraktif bersilia, yaitu alat peraba. Fungsinya untuk menangkap mikroflora dan mikrofauna. Sirkulasi air untuk pernafasan digerakkan oleh gerakan kaki dan silia, sementara itu pertukaran gas terjadi di mantel. Hewan ini mempunyai kelamin terpisah.


Kelas Pelecypoda
Berasal dari kata “Pelekys” yaitu kapak kecil dan “Pous” yaitu kaki. Jadi Pelecypoda adalah binatang yang mempunyai kaki mirip kapak kecil disebut juga Lamellibranchia
( lempeng kecil ).
Binatang dari phylum ini memiliki insang, test dari kulit kerang (bivalve) dimana dua valve ini dihubungkan dengan sistem engsel yang terdiri dari gigi dan socket. Bagian dalam test ini dilapisi oleh membran yang tipis dimana kearah posteior kulit mantel dapat membentuk saluran – saluran. Pada umumnya Pelecypoda yang hidup di lumpur mempunyai siphon yang lebih besar dibandingkan yang hidup di laut.

Klasifikasi Pelecypoda:
Ordo Taksodonta 
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen, mempunyai gigi yang hampir sama besar dan berjumlah 35 buah 

Ordo Anisomyaria 

Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen. Mempunyai dua muscle scar, dimana muscle scar bagian belakang (posterior) lebih besar dari anterior, serta mempunyai gigi dan socket dua buah 
Ordo Eulamellibranchiata 

Mempunyai anterior muscle scar yang lebih kecil dari posterior muscle scar, tetapi umumnya sama besar dimana gigi dan susunan giginya tidak sama besar 

Kelas Gastropoda
Gastropoda berasal dari kata “gaster” yaitu perut dan “podos” yaitu kaki. Jadi Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut yang dalam hal ini disebut kaki. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak mampu melakukan autofertilisasi. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput air tawar (Lemnaea javanica), siput laut (Fissurella sp), dan siput perantara fasciolosis (Lemnaea trunculata). 

Ciri – ciri Gastropoda:

  1.  Hidup di air laut & air payau 
  2. Rumahnya terdiri dari satu test yang terputar (terpilin) memanjang melalui satu sumbu 
  3. Tubuhnya terdiri dari kepala, kaki dan alat pencernaan 
  4. Kepala dilengkapi dengan alat pengunyah yang disebut rongga mantel (berfungsi sebagai insang pada air laut & berfungsi sebagai paru-paru pada lingkungan darat 
  5. Test terdiri dari zat gampingan dan terputar secara spiral melalui satu garis lurus (putaran involut & evolut)
  6. Arah putaran test gastropoda terdiri dari Dextral (searah jarum jam) & Sinistral (berlawanan putaran jarum jam) 


Klasifikasi Gastropoda:
Subclass Protogastropoda
  • Ordo Cynostraca
  • Ordo Cochliostracea

Subclass Prosobranchia

  • Ordo Archaeogastropoda 
  • Ordo Mesogastropoda 
  • Ordo Neogastropoda

Subclass Opisthobranchia

  • Ordo Pleurocoela 
  • Ordo Pteropoda 
  • Ordo Acoela 

Subclass Pulmonata 

  • Ordo Basommatophora 
  • Ordo Stylommatophora 


Manfaat Gastropoda Dalam Geologi Khususnya Stratigrafi
Gastropoda berkembang cukup baik di daerah tropis. Beberapa spesies akan mencirikan lapisan tertentu.
Ostingh, seorang ahli aleontology telah berhasil menyusun stratigrafi Neogen P. Jawa yang didasarkan atas fosil indeks gastropoda. 

Kelas Cephalopoda
Chepalopoda berasal dari kata “cephale” yaitu kepala dan “podos” yaitu kaki. Chepalopoda adalah mollusca yang berkaki di kepala. Cumi-cumi dan gurita adalah Cephalopoda yang cukup dikenal. Pada cumi-cumi, rangka dalam tubuhnya dihasilkan dari zat hasil sekresi internal oleh mantel. Adapun, gurita tidak memiliki rangka sama sekali. Cephalopoda memakan hewan-hewan kecil dan invertebrata lainnya.
Di samping itu, semua anggotanya tidak memiliki cangkang, kecuali spesies Nautilus. Cephalopoda merupakan Mollusca dengan kepala yang jelas dan mata yang besar. Kaki otot dimodifikasi menjadi tangan, tentakel sekeliling mulut, dan corong yang merupakan saluran keluar dari rongga mantel. Pada Cephalopoda, kaki telah berevolusi menjadi lengan yang panjang dekat kepala. Cumi-cumi memiliki 10 lengan, sedangkan gurita memiliki 8 lengan. Cephalopoda menggunakan lengannya ini untuk menangkap mangsanya dan memasukkannya ke dalam mulut. Semua Cephalopoda adalah karnivor. Dalam mulutnya, terdapat beberapa pasang struktur seperti gigi yang digunakan untuk menggigit dan merobek mangsanya. 

Sebagian besar Cephalopoda mempunyai kelenjar tinta. Pada kulit Cephalopoda mengandung kromatofor, yaitu pigmen yang memungkinkan tubuhnya berubah warna. Cephalopoda mempunyai peran yang cukup penting dalam ekosistem. Mereka merupakan mata rantai penting dalam jaring makanan pada ekosistem laut. Berbagai ikan memangsa cumi-cumi sebagai sumber makanannya. Selain itu, cumi-cumi dan sotong merupakan makanan laut yang digemari manusia.


0 komentar

Perbedaan Karakteristik fosil Thanatocoenosis dan bioceonosis

Definisi
BIOCOENOSIS: Biocoenosis berasal dari kata bios yang artinya hidup dan koinos yang berarti kumpulan sehingga Biocoenosis dapat diartikan sebagai kumpulan organisme yang hidup, tumbuh dan berkembang biak dalam suatu tempat/lingkungan pengendapan yang sama/biotope. fosil-fosil yang termendap kan di tempat dimana mereka hidup, atau bisanya disebut degan natural fosil.

THANATOCOENOSIS: Thanatocoenosis berasal dari kata thanatos yang artinya mati dan koinos yang berarti kumpulan sehingga Thanatocoenosis adalah organisme mati/fosil yang dapat berasal dari satu atau beberapa biotape dan tertransport setelah mati ke dalam suatu lingkungan pengendapan, di mana sisa-sisa organisme tersebut secara keseluruhan atau sebagian merupakan pembentuk sedimen yang bersangkutan. fosil-fosil yang telah diditransport sebelum terendapkan pada sutau lapisan batuan.

Berdasarkan definisi diatas dan emgnacu pada studi mikrofosil khusunya foraminifera kita daapt mengaitkan contoh masing-masing fosil diatas dari cara hidup foraminifera sendiri, kita ketahui bahwa foraminfera mempunyai jenis yang berbeda berdasarkan cara hidupnya, yaitu :


Foraminifera Bentik
Foraminifera bentik hidup di lapisan sedimen hingga kedalaman beberapa puluh sentimeter, sedangkan Foraminifera planktonik hidup didaerah perairan. Foraminifera planktonik tersebar luas di laut-laut terbuka dengan kedalam air lebih dari 10 meter.Sehingga keterkaitannya dengan jenis fosilnya adalah dapat dikatakan sebagai biocoenosis fosil atau fosil yagn hidup dan mati pada suatu lingkungan yang sama.


Foraminifera Planktonik

Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut dan fosil plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geologi, keterkaitannya dengan jenis fosil diatas yaitu foraminifera dapat disebut sebagai thanatacoenosis fosil karena ia akan diendapakan setelah tertransportasi.

Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh jenis fosil tersebut jelas memiliki perbedaan, perbedaan itu dapat terlihat dari ciri fosil tersebut. berikut adalah Beberapa contoh perbedaan tersebut ,mengacu pada mikrofosil foraminifera planktonik dan bentonik diantara lain sebagai berikut :

Fosil Biocoenosis
Contoh dari fosil biocoenosis adalah foraminfera bentos yaitu, Miniacina miniacea, secara karakteristik terlihat jelas perbedaan dari fosil biocoenosis dengan thanatocoenosis, karena dari cara hidupnya mereka membutuhkan bentuk tubuh dan juga bagian tubuh yang berbeda. untuk contoh foraminifera bentos diatas yang hidupnya menambat, diperlukan bentukan seperti kaki untuk melekatkan diri pada tempat ia hidup dan juga terlihat ia tak perlu cangkang yang tebal sebab ia tidak perlu untuk menghindari mangsa yang biasa mengancam pada foraminfera palnktonik.

Fosil biocoenosis,
atau fosil yang terendapkan pada daerah dimana ia hidup dissini kita hubungkan dengan fosil foraminifera bentonik biasanya digunakan sebagai :

  1. Menentukan umur relative batuan sedimen menggunakan biozonasi foraminifera bentos besar. 
  2. Menentukan lingkungan pengendapan batuan sedimen. 
  3. Menentukan paleoklimatologi atau iklim di masa lampau. 

Fosil Thanatocoenosis
Contoh foraminifera yang akan menjadi tahnatocoenosis fosil adalah foraminifera planktonik yang mana pada gambar yaitu Globigerinoides subquadratus , Tentang ciri dan karakteristik yang ditunjukkan terdapat perbedaan dengan foraminifera bentos yang hidup secara menambat, foraminifera planktonik tidak perlu bagian tubuh yang digunakan untuk menambat pada dasar. foraminifera planktonik juga memiliki cangkang yang trochospiral dan juga cangkang dari test hyaline, betuk testnya rata-rata membulat.

Secara pemanfaatan juga memiliki perbedaann antara fosil biocoenosis dan thanatocoenosis terkait dengan mikrofosil foraminifera, berikut adalah perbedaannya :

Fosil Thanatacoenosis, atau
fosil fosil yang mengalami transportasi sebelum ia terendapakna disini kita hubungkan dengan fosil foraminifera plankton biasanya banyak digunakan untuk keperluan :
  1. Sebagai Indikator Lingkungan pengendapan 
  2. Sebagai indikator suhu . 







Rabu, 15 Januari 2014 1 komentar

Pengenalan Geomorfologi Dan Geologi citra Penginderaan Jauh

Geomorfologi 



Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi.
Di mana geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform). 

Pengamatan dan identifikasi bentuk lahan seperti dilakukan langsung di lapangan dengan melakukan field trip atau dapat juga dilakukan dengan interprestasi foto udara atau dengan Analisis Citra Satelit (ACS). Pengindraan jauh sebagai alat bantu untuk memantau atau mengamati objek muka biumi tanpa ada sentuhan secara langsung, anatara lain berupa foto udara atau citra satelit. Bentang lahan akan mudah diidentifikasi dengan pandangan jarak jauh atau kalau menggunakan foto udara atau citra satelit menggunakan skala gambar kecil. Sebaliknya untuk bentang lahan mudah diamati dari jarak dekat atau dengan foto udara atau citra satelit dengan skala lebih besar. 

Dengan pengamatan dan analisis bentuk lahan dari foto udara akan diperoleh informasi biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai parameter tetap (landform, rock, soil, slope) maupun parameter berubah (erosion, terrace, land use). Bentuk lahan walupun mudah diamati dengan foto udara tapi perlu dilakukan pendekatan dengan melakukan mendatangi langsung ke lapangan dalam bentuk kunjungan lapangan (field trip). 

Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih memastikan unsur pembentuk landform terisi dari komposisi atau susunan batuan apa saja. Disamping itu dengan survai lapangna akan diperoleh beberapa kunci interpretasi fotro udara (IFU) dari hasil kunjungan lapangan pada berbagai bentuk lahan yang berbeda. Sehingga dengan kunci IFU akan diperoleh analaisis bentuk lahan yang lebih lengkap yang merupakan satu komponen penyusun bentang lahan. Bentuk muka bumi yang kompleks telah menjadi suatu pokok bahasan tersendiri khususnya dalam usaha pemanfaatannya. Dalam hal ini setiap bentukan lahan mempunyai kapasitas berbeda dalam mendukung suatu usaha pemanfaatan yang tentunya mengarah untuk tepat guna. Sehingga dengan tujuan sama yaitu bermaksud menyederhanakan bentuk lahan permukaan bumi yang kompleks ini, maka pemahaman mengenai ilmu geomorfologi yang mempelajari bentukan-bentukan lahan menjadi sangat penting. 

Penyederhanaan muka bumi yang kompleks ini membentuk suatu unit-unit yang mempunyai kesamaan dalam sifat dan perwatakannya. Kesatuan sifat ini meliputi kesamaan struktur geologis atau geomorfologis sebagai asal pembentukannya, proses geomorfologis sebagai pemberi informasi bagaimana lahan terbentuk, dan kesan topografis yang akan memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan lahan. Dengan adanya informasi tersebut perencanaan penggunaan lahan secara tepat akan dapat lebih terwujud .


Geologi Citra Penginderaan Jauh 




Dalam penafsiran kualitatif foto udara tidak ada kunci yang dapat dengan mudah dipakai untuk menentukan dengan pasti suatu jenis batuan. Namun, paling tidak penafsir dapat melokalisasi penyebaran suatu batuan yang nampak pada foto udara, akan mempunyai kunci-kunci yang sama. Mengacu pada kunci-kunci yang sama tersebut diharapkan kemiripan batuan yang ada di lapangan. Kunci-kunci tersebut dijelaskan dibawah ini. 

Kunci Pengenal Merupakan tanda-tanda yang terlihat pada foto udara untuk mengenal suatu benda atau objek yeng terpotret. Ada beberapa kunci pengenal, yaitu : 
  • Rona (Tone) 
    Rona tejadi karena setiap benda yang terpotret mempunyai sifat memantulkan sinar matahari yang berlainan (ada yang sedikit dan ada yang banyak), maka akibatnya sinar yang menyentuh film jadi berlainan, sehingga dihasilkan rona yang berlainan pada foto udara. Rona cerah dihasilkan oleh benda yang dapat memantulkan sinar matahari, dan sebaliknya. 
Faktor-faktor yang mempengaruhi rona pada foto udara : 
  • Kedudukan benda yang di foto terhadap sinar matahari. 
  • Warna batuan. 
  • Kelicinan permukaan yang memantulkan sinar. 
  • Bayangan awan. 
  • Kelembaban udara. 
  • Tumbuhan penutup. 
  • Tanah penutup. 
Rona dapat dibagi dalam beberapa tingkat, yakni : amat cerah, cerah, abu-abu cerah, abu-abu gelap, gelap dan amat gelap. 

Rona, selain dapat mengenali beberapa jenis batuan . Ada juga yang disebut linesments yaitu rona yang gelap yang berbentuk garis yang lurus-lurus atau kedudukannya sudut menyudut. Ini disebabkan adanya sturktur geologi seperti patahan atau kekar, sehingga pada daerah tersebut merupakan daerah yang lunak atau lemah. 
  • Tekstur (Textura)
    Merupakan hubungan antara rona yang kecil-kecil yang terdapat pada foto udara. Tekstur pada setiap jenis batuan berbeda-beda bergantung pada kemiripan batuan di lapangan. 
  • Pola (Pattern) 
    Merupakan rangkaian bentuk-bentuk topografi, rona, aliran sungai. Pola pelurusan topografi, pelurusan sungai, pelurusan rona, kemungkinanya sangat erat dengan struktur geologi. 
  • Hubungan dengan keadaan sekitarnya 
    Bahwa setiap peristiwa geologi akan sangat erat hubungannya satu dengan yang lainnya. Sehingga dalam penafsiran foto udara perlu kita meneliti regionalnya yang kemungkinan dapat memberikan jalan yang lebih terang kepada penafsiran kita. 
  • Bentuk (Shape)
    Bentuk merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam foto udara. Dengan melihat bentuk pada foto udara, kita dapat meng-interpretasi daerah yang kita teliti. 
  • Ukuran (Size) 
    Ukuran dari suatu benda merupakan cerminan dari bentuknya, dengan ukuran interpretasi kita akan lebih terbantu terhadap bentuk benda yang kita teliti. 
  • Bayangan (Shadow) 
    Dengan adanya bayangan dari benda yang terpotret disampingnya yang juga ikut terpotret, maka dapat dikenali bentu benda yang sebenarnya. 
Kunci Penafsiran Kunci penafsiran merupakan gejala alam yang secara tidak langsung dapat memberikan keterangan kepada penafsir untuk mengetahui keadaan geologi daerah terpotret. 

Kunci – kunci penafsir itu adalah sebagai berikut : 
  • Topografi 
    Topografi merupakan kunci penafsir yang penting sekali. Topografi dapat mengambarkan karakteristik suatu batuan. Pada dasarnya topografi menggambarkan kekerasan batuan atau daya tahan batuan terhadap tenaga asal luar. 
  • Pola aliran 
    Pola aliran dapat diartikan sebagai posisi dan arah aliran sungai-sungai di suatu daerah. 
Beberapa macam pola aliran sungai, yaitu : 


  • Pola mendaun (denritik) 
  • Pola sejajar (paralel) 
  • Pola memancar (radial) 
  • Pola membulat (annular) 
  • Pola menangga (trellis) 
  • Pola menyudut tegak atau miring (rectangular or angular angulate)
  • Pola membalik (contorted) 

  • Tumbuhan penutup (Vegetasi) 
    Terdapat hubungan yang erat antara tumbuhan, tanah, dan batuan. Vegetasi biasanya merupakan faktor yang paling sering ditemukan sebagai “pengganggu” dalam menghasilkan kualitas foto udara yang baik. Hal ini disebabkan karena iklim tropis di Indonesia yang memungkinkan vegetasi berkembang dengan sangat cepat. 
  • Kebudayaan (Culture) 
    Kebudayan adalah hasil tangan manusia. Apabila kita menemukan perkampungan penduduk, maka akan ditemukan daerah hasil gunungapi atau endapan alluvium yang umumnya dipakai sebagai tempat bercocok tanam. Sehingga daerah ini akan memperlihatkan bentuk yang berbeda dalam foto udara.
0 komentar

Pengenalan Peta Topografi

Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta topografi. 

Sebuah peta topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat mengenai keadaan alam di suatu daratan. Penulis lain mendefinisikan peta topografi dengan membandingkan mereka dengan jenis lain dari peta, mereka dibedakan dari skala kecil "peta sorografi" yang mencakup daerah besar, "peta planimetric" yang tidak menunjukkan elevasi, dan "peta tematik" yang terfokus pada topik tertentu 

Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan. 


Bagian-bagian Peta Topografi 
Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur. 

Gambar 1. Peta Topografi

Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, 
yaitu: 
  • Judul Peta: adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol. 
  • Keterangan Pembuatan: merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta. 
  • Nomor Peta (Indeks Peta): adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas. 
  • Pembagian Lembar Peta adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretas i suatu daerah yang lebih luas. 
  • Sistem Koordinat adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. 

Macam koordinat adalah: 

a) Koordinat Geografis 
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32′ 12″
BT 5° 17′ 14″ LS. 

b) Koordinat Grid 
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan. 

c) Koordinat Lokal 
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta. 

Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya. 

Skala Peta 
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan 

JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN 
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis). 
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya. 

Orientasi Arah Utara 
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis. 

Tiga arah utara tersebut adalah: 
  • Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi. 
  • Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta. 
  • Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan. 
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain: 
  • Penyimpangan sudut antara US – UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US). 
  • Penyimpangan sudut antara US – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau deklinasi. yang menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS). 
  • Penyirnpangan sudut antara UP – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Peta 71′). Dengan diagram sudut digambarkan 
                  US UP UM TRUE NORTH MAGNETIS NORTH 

Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25m, artinya garis kontur ini menghubung kantitik-titik yang mempunyai ketinggian sama +25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

Bentuk bentuk lembah dan pegunungan dalam kontur Jalan menuju puncak umumnya berada di atas punggung (lihat garis titik-titik sedangkan disisinya terdapat lembah umumnya berisi sungai (lihat garis gelap). 

Sifat-sifat garis kontur, yaitu :
  • Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak akan bercabang. 
  • Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
  • Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama 
  • Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal. 
  • Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°. 
  • Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS. 
  • Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi. 
  • Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan gunung. 
  • Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” menandakan suatu lembah/jurang.

Titik Triangulasi 
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. 

Macam-macam titik triangulasi: 
  • Titik Primer, I’. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120 
  • Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340 
  • Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol. III No. 15, tinggi 975 mdpl . 975 
  • Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol. IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
  • Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
  • Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No. l 31, tg 1202 mdpl. 7202 
  • Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993 
Legenda Peta 
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting untuk dipahami antara lain: 
  • Titik ketinggian 
  • Jalan setapak 
  • Garis batas wilayah 
  • Jalan raya 
  • Pemukiman 
  • Air 
  • Kuburan
0 komentar

Macam – macam Geologi Struktur

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu:

Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/ rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh: 
  1. Pemotongan bidang perlapisan batuan; 
  2. Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb;
  3.  kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/ rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. 
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut: 

a. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup. 

b. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka. 

c. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Lipatan (Folds) 
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu:

Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi : 
  • Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
  • Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama. 
  • Lipatan Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu utama. 
  • Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya. 
  • Lipatan Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar. 
  • Lipatan Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar. 
  • Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar. 


Hubungan Antara Lipatan dan Patahan
Batuan yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda terhadap gaya tegasan yang bekerja pada batuan batuan tersebut, dengan demikian kita juga dapat memperkirakan bahwa beberapa batuan ketika terkena gaya tegasan yang sama akan terjadi retakan atau terpatahkan, sedangkan yang lainnya akam terlipat. Ketika batuan batuan yang berbeda tersebut berada di area yang sama, seperti batuan yang bersifat lentur menutupi batuan yang bersifat retas, maka batuan yang retas kemungkinan akan terpatahkan dan batuan yang lentur mungkin hanya melengkung atau terlipat diatas bidang patahan. Demikian juga ketika batuan batuan yang bersifat lentur mengalami retakan dibawah kondisi tekanan yang tinggi, maka batuan tersebut kemungkinan terlipat sampai pada titik tertentu kemudian akan mengalami pensesaran, membentuk suatu patahan. 

Patahan
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : 

a. Gawir sesar atau bidang sesar; 

b. Breksiasi, gouge, milonit, ;

c. Deretan mata air; 

d. Sumber air panas; 

e. Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; 

f. Gejala – gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb. 

Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/ tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan. 

  • Dip Slip Faults – adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi disepanjang arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran pada setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua sisinya bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging wall block” dan blok yang berada dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”. 
  • Normal Faults – adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”. 
  • Horsts & Gabens – Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai akibat dari tegasan tensional, sering kali dijumpai sesar – sesar normal yang berpasang pasangan dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam kasus yang demikian, maka bagian dari blok-blok yang turun akan membentuk “graben” sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat sebagai “horst”. Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan tensional yang bekerja pada kerak bumi pada saat ini adalah “East African Rift Valley” suatu wilayah dimana terjadi pemekaran benua yang menghasilkan suatu “Rift”. Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi pemekaran kerak bumi adalah wilayah di bagian barat Amerika Serikat, yaitu di Nevada, Utah, dan Idaho. 
  • Half-Grabens – adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.
  • Reverse Faults – adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif kearah atas terhadap “footwall block”. 
  • A Thrust Fault adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang patahannya lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat mencapai hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang lebih muda.
  • Strike Slip Faults – adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di dalam kerak bumi. Patahan jenis “strike slip fault” dapat dibagi menjadi 2(dua) tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan mengamati pada salah satu sisi bidang patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan “left-lateral strike-slip fault”. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka kita namakan sebagai “right-lateral strike-slip fault”. Contoh patahan jenis “strike slip fault” yang sangat terkenal adalah patahan “San Andreas” di California dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.
  • Transform – Faults adalah jenis patahan “strike-slip faults” yang khas terjadi pada batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal. Jenis patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalam pergeseran (offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones). Patahan “San Andreas” di California termasuk jenis patahan “transform fault”.  
0 komentar

Mineral Primer Dan Mineral Sekunder

MINERAL PRIMER
Mineral primer adalah mineral tanah yang umumnya mempunyai ukuran butir fraksi pasir (2 – 0,05 mm). Contoh dari mineral primer yang banyak terdapat di Indonesia beserta sumbernya disajikan dalam .
Tabel 1. Beberapa jenis mineral primer

Mineral

Sumber utama
Olivin
Batuan volkan basis dan ultra basis
Biotit
Batuan granit dan metamorf
Piroksen
Batuan volkan basis dan ultra basis

Plagioklas
Amfibol Batuan volkan intermedier hingga ultra basis
Muskovit
Batuan intermedier hingga basis
Orthoklas Batuan masam

Olivin
Batuan granit dan metamorf
Kuarsa Batuan masam


Analisis jenis dan jumlah mineral primer dilakukan di laboratorium mineral dengan bantuan alat mikroskop polarisasi. Pekerjaan analisis mineral primer dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu pemisahan fraksi pasir dan identifikasi jenis mineral.
Pemisahan fraksi pasir
Prinsip dasar pemisahan fraksi pasir adalah menghilangkan material penyemen yang menyelimuti atau menyemen butir-butir pasir dan memisahkan butir mineral berukuran fraksi pasir dari fraksi debu dan liat.Material yang menyeliputi butir pasir dalam tanah umumnya berupa bahan organik. Namun pada beberapa jenis tanah, material penyeliput tersebut selain oleh bahan organik, juga oleh besi (pada tanah merah) dan oleh karbonat (pada tanah kapur). Bahan organik dihilangkan dengan hidrogen peroksida (H2O2) besi dengan sodium dithionit (Na2S2O4) dan karbonat dengan Chlorida  (HCl).
Setelah butir mineral terlepas dilakukan pemisahan fraksi pasir dengan menggunakan ayakan yang berukuran 1-0,05 mm.  Jenis analisis mineral primer yang biasa dilaksanakan adalah fraksi berat, fraksi ringan, dan fraksi total. Untuk analisis mineral pasir fraksi berat, terlebih dahulu harus dipisahkan antara pasir fraksi berat dengan fraksi ringan. Yang tergolong dalam mineral pasir fraksi berat adalah mineral pasir yang tenggelam dalam larutan bromoform dengan BJ 2,87. Untuk analisis mineral pasir fraksi total, hasil pengayakan  bisa langsung diperiksa.
 Indentifikasi mineral pasir Untuk keperluan identifikasi jenis mineral pasir, diperlukan lempeng kaca berukuran 2,5 cm x 5 cm, cairan nitro bensol, dan mikroskop polarisasi. Butir pasir ditebarkan di atas lempeng kaca hingga merata kemudian ditetesi nitro bensol dan diaduk sampai tidak ada pasir yang mengambang. Lempeng kaca di taruh di mikroskop dan mulai.Pengamatan dilakukan mengikuti metode ”line counting” artinya hanya mineral pasir yang terletak pada garis horizontal pada bidang pandang mikroskop yang dihitung.Untuk analisis rutin penghitungan dilakukan hingga 100 butir, tapi untuk keperluan penelitian yang lebih detail, penghitungan dapat dilakukan hingga 300 butir.

         MINERAL SEKUNDER
Yang dimaksud dengan mineral sekunder atau mineral liat adalah mineral-mineral hasil pembentukan baru atau hasil pelapukan mineral primer yang terjadi selama proses pembentukan tanah yang komposisi maupun strukturnya sudah berbeda dengan mineral yang terlapuk. Jenis mineral ini berukuran halus (<2μ), sehingga untuk identifikasinya digunakan alat XRD.
Contoh dari mineral sekunder yang banyak terdapat di Indonesia disajikan pada


Tabel 2. Beberapa jenis mineral sekunder
MINERAL
KETERANGAN
Kaolinit
Mineral utama pada tanah Oxisol dan Utisol
Haloisit
Mineral utama pada tanah Volkan Inceptisol dan Entisol
Vermikulit
Mineral utama pada tanah yang berkembang dari bahan kaya mika
Smektit
Mineral utama pada tanah Vertisol
Alofan
Mineral utama pada tanah Andisol
Goetit/Hematit
Mineral oksida besi pada tanah merah Oxisol dan Ultisol

Analisis mineral liat terdiri atas pemisahan
fraksi liat dan identifikasi  mineral  liat.

Pemisahan fraksi liat
Prinsip dasar pemisahan fraksi liat adalah menghilangkan bahan penyeliput dan penyemen, serta memisahkan fraksi liat dari fraksi debu dan pasir. Dalam proses pemisahan fraksi ini dapat digunakan contoh yang sama dengan contoh yang digunakan untuk analisis fraksi pasir, sehingga proses destruksi bahan organik, besi, dan karbonat bisa dilakukan sekaligus.

Pemisahan fraksi liat dilakukan dengan cara yang sama seperti pemisahan fraksi untuk tekstur yaitu dengan cara pengendapan yang didasarkan pada hukum Stoke.

Identifikasi mineral liat
Identifikasi mineral liat dilakukan dengan bantuan alat difraktometer sinar X (XRD). Terlebih dahulu dibuat preparatnya dengan mengendapkan fraksi liat pada lempeng kramik, setelah siap, preparat tersebut dijenuhkan dengan Mg2+, Mg2+ + glycerol, K+ dan K+ dipanaskan pada suhu 550oC selama 1 jam .
Prinsip analisis dengan XRD adalah merekam dan memvisualisasikan pantulan sinar X dari kisikisi kristal dalam bentuk grafik. Grafik tersebut kemudian dianalisis, terdiri atas mineral liat apa saja dan relatif komposisinya.

Analisis mineral liat juga dapat dilakukan dengan contoh berupa serbuk halus (powder). Analisis ini biasanya dilakukan untuk menganalisis pupuk, mineral standar, atau mineral primer yang sulit diidentifikasi dengan mikroskop.



 
;